Senin, 28 November 2011 0 komentar


Rumus Menyikapi Penghinaan

            Kita akan merasa tidak nyaman ketika ada orang yang menghina, mencela, dan menjauhi diri kita. Hati menganggap ini adalah kejadian yang tidak enak. Sebuah musibah dan bala ketika dihina orang. Hati menjadi jengkel, kecewa dan sedih.
            Rumusnya ketika orang lain menghina, maka segeralah menyimak penghinaan mereka. Bandingkan, apa yang dikatakan orang dengan apa yang Allah ketahui tentang kita. Maksiat mata, maksiat pikiran, maksiat mulut, maksiat yang diam – diam dan tersembunyi. Bandingkan dengan celaan yang menimpa diri kita, mana yang lebih buruk ?
            Sebetulnya penghinaan orang kepada kita jauh lebih baik dibanding keburukan kita yang sebenarnya. Kalau hati lebih sibuk memikirkan perkataan orang dari pada memikirkan apa yang Allah ketahui tentang kita, maka itulah musibah yang lebih besar. Lebih buruk daripada cemoohan dan penghinaan orang – orang.
            Cemoohan itu tidak berbahaya, yang berbahaya adalah kita tidak mengakui segala kebusukan dihadapan Allah. Kalau kita sibuk dengan cemoohan orang, kita tidak bisa bertobat. Tapi kalau kita sibuk dengan apa yang Allah ketahui tentang kita, maka kita bisa bertaubat karena taubat adalah sumber ketenangan. Taubat juga adalah sumber jalan keluarnya rezeki yang tidak di sangka – sangka.
            Jangan merasa berat dengan hinaan dan cemoohan orang karena tidak ada bahaya sama sekali. Yang bahaya itu ketika kita tidak berhasil mengetahui apa yang Allah ketahui tentang kita. Kita tidak ada apa – apanya dihadapan Allah. Orang busuk, banyak dosa, shalat tidak pernah benar, dan banyak sekali kekurangan yang tidak diketahui orang – orang.  
            Sibuklah dengan apa yang Allah ketahui. Sibuklah dengan taubat daripada cemoohan orang. Perkataan paling jelek sekalipun tentang kita masih lebih bagus dibanding kejelekan kita sebenarnya. Harus di ingat bahwa jangankan kita, nabi saja yang sempurna dihina. Para ulama yang saleh pun dihina. Para waliyullah juga dihina. Apalagi kita yang hina betulan.
            Mengapa kita merasa sakit hati ? karena kita terlalu tinggi menilai diri sendiri. Merasa suci, merasa saleh, merasa mulia, dan merasa hebat. Kita tidak jujur pada diri kita dan hal itulah yang menyebabkan hati menjadi sakit. Kalau kita mau jujur, sebenarnya tidak ada apa – apanya penghinaan orang itu.
            Kita senang di puji sehingga hidup penuh dengan akal – akalan supaya tetap dipuji. Allah yang Maha Mengetahui segala isi hati. Ia bisa membalikan orang yang awalnya memuji menjadi mencaci. Mengapa ? supaya kita tidak ‘jinak’ kepada orang yang memuji.
            Allah maha tahu kecenderungan hati kita, jadi jika suatu saat Allah melepaskan kecenderungan tersebut, maka itu adalah karunia dari Allah. Karena itu, ingatlah: Satu, kalau kita dihina orang, carilah apa yang Allah tahu tentang kita. Kedua, kalau ada sesuatu yang diambil dari kita, ketahuilah, periksalah, jangan – jangan yang diambil itu telah menjadi illah kita. Jangan takut apa pun di dunia ini selain takut kehilangan ridha Allah.
Sumber : Majalah Swadaya     

No Response to " "

Posting Komentar