Senin, 28 November 2011 0 komentar



Kemestian sebuah perubahan

            Who Moves My Cheese adalah sebuah buku indah. Buku karangan Spencer Johnson ini mengandung filosofi yang mudah dicerna. Menceritakan fenomena sebuah perubahan melalui empat tokoh yang jadi sentralnya, yakni : Sniff dan scurry (dua ekor tikus), Hem (kurcaci) serta Haw (manusia kecil). Tokoh – tokoh imajiner ini memberikan contoh bagaimana mereka menyikapi suatu perubahan.
            Cerita di mulai pada saat chesee disini diilustrasikan sebagai suatu yang menyenangkan (uang, kebahagiaan, atau makanan). Pada suatu saat cheese yang mereka miliki semakin lama jumlahnya semakin sedikit. Sniff dan Scurry dengan penciuman dan nalurinya terus bergerak mencari cheese – cheese yang baru distasiun – stasiun lainnya ( tempat kerja berada ).
            Bagaimana dengan Haw dan Hem? Tak seperti Sniff dan Scurry, mereka malah berdiskusi dan marah, mengapa cheese - cheese berkurang dan hilang. Haw dan Hem meyakini bahwa cheese pergi untuk sementara waktu dan pasti kembali sehingga mereka tetap menunggunya tanpa melakukan apa pun kecuali kecewa dan marah – marah. Perubahan terjadi secara perlahan dan mereka tidak menyadarinya. Pada akhirnya, mereka lelah dan kehabisan tenaga, dan tetap tidak menemukan cheese – nya. 
Sebaliknya, sniff dan scurry terus begerak untuk mencari stasiun – stasiun baru yang penuh dengan cheese. Mereka haqul yakin bahwa hanya dengan terus bergerak dan berlari (melakukan perubahan), mereka bisa mendapatkan cheese- Nya.
Sahabat, dalam banyak hal mungkin kita bersikap dan berpikir seperti Haw dan Hem. Takut berubah dan tak mau untuk berubah. Puas dan merasa “nyaman” dengan apa yang saat ini miliki. Rasa yang sebenarnya racun dalam keberhasilan hidup kita.
Perubahan adalah sebuah kemestian. Tentunya, perubahan ini tak sekedar artifisial belaka. Tak berkisar pada materi dan segala hal yang tampak wujudnya. Perubahan paling memaknai keimanan. Pada nilai – nilai keberagamaan (religiusitas).
Jika selama ini kita beribadah karena paksaan (kewajiban), maka berubahlah! Berubahlan beribadah karena didasari oleh komitmen kita kepada Allah. Komitmen yang terucap pada sahadat keislaman kita.
Jika selama ini kita beribadah hanya mengharap pahala dan menghindari dosa, maka berubahlah! Mulailah beribadah untuk mengharap cinta dan ridha – Nya. Bukan untuk surga dan neraka yang hakikatnya bukanlah apa- apa dibanding kasih sayang – Nya.
Sahabat, mau dan siapkah kita untuk berubah?
Sumber : Majalah Swadaya
    

No Response to " "

Posting Komentar